“But cities aren’t like people; they live on and on, even though their reason for being where they are has gone downriver and out to sea.” – John Updike, Trust Me
Jadi, pekan lalu saya diberi kesempatan untuk mengunjungi Pekanbaru untuk keperluan pekerjaan. Waktu itu bukan kali pertama saya ke Pekanbaru, jadi sudah tidak terlalu kaget dengan kondisi suhunya bisa mencapai 40°C. Bandingkan dengan Bandung yang suhu rata-rata tahunannya 28ºC. Wajar saja dengan ketinggiannya hanya sekitar 12 mdpl dan posisinya lebih dekat ke ekuator. Kondisi ini membuat saya (tadinya) malas pergi kemana-mana. Untungnya kebanyakan pekerjaan dilakukan siang hari di dalam ruangan ber-AC. Waktu luang yang tersedia ya klo ga pagi-pagi, sore sampe malam hari. Sayang juga kan ga menyempatkan diri jalan-jalan di kota yang termasuk ke dalam salah satu kota paling bersih di Indonesia ini [1] .
Hasil browsing sih banyak tempat menarik di Pekanbaru, seperti Istana Siak Indragiri, Kebun Binatang Sang Kulim, dll. Tapi karena keterbatasan waktu, saya cuma sempat jalan-jalan di sekitar kota. Oya, untuk menjelajah kota Pekanbaru ini ada beberapa pilihan moda transportasi, selain mobil sewaan, ada Trans Metro Pekanbaru, angkot, metromini dan ojek. Saya sendiri memilih jalan kaki karena jarak ke tempat-tempat yang saya tuju tidak terlalu jauh.
1. Mesjid Agung An-Nur
Mesjid yang berada di tengah kota Pekanbaru ini harus jadi salah tujuan utama. Kebetulan tempatnya juga deket banget hotel tempat menginap. Mesjid yang arsitekturnya campuran Melayu, Turki, Arab dan India ini digadang-gadang sebagai “Taj Mahal”nya provinsi Riau. Mesjid dengan luas bangunan 50 x 50 m dan luas halaman 400 x 200 m ini konon bisa menampung 4500 orang jamaah [2]. Mesjid ini terdiri dari 3 tingkat, walaupun yang saya lihat cuma 2 tingkat, tingkat atas dipakai untuk sholat, sementara lantai bawah dipakai untuk kantor dan TPA. Di gerbang utamanya terdapat tangga dan eskalator yang sepertinya cuma dinyalakan saat-saat tertentu saja.
Tidak hanya megah di luar, suasana di dalam mesjidnya pun adem banget karena di dalam bangunan utama terdapat kipas dan AC, jadi nyaman buat ngadem ibadah, hehe. Halaman parkirnya juga luaaas banget.


Di halaman mesjid ini terdapat sebuah kolam dengan pancuran kecil yang membuat pemandangan mesjid ini lebih kece dengan refleksinya. Kesan terhadap refleksinya juga berubah-ubah sesuai waktu dan cuaca Pekanbaru. Saya paling suka pemandangan di mesjid ini saat malam hari :).


Kalau kita datang pagi-pagi, biasanya halaman mesjid ini akan diramaikan oleh warga sekitar yang jogging dan senam pagi. Selain itu, ada beberapa stand pakaian dan makanan, jadi bisa sekalian sarapan. Kebanyakan menu sarapan di sana ketupat sayur, lontong padang dan bubur ayam. Nah, sayangnya yang datang pagi-pagi itu hampir semuanya bapak-bapak sama ibu-ibu, ga ada dede gemesnya #eh.
- Ga lupa buat selfi :p
FYI, mesjid ini dibuka sejak subuh hingga malam hari sekitar pukul 22.00.
2. Gedung Pemerintahan Provinsi Riau Yang Ciamik
Waktu itu saya dapat penginapan di sekitar jalan Sudirman, yang notabene adalah jalan protokol yang mana terdapat beberapa gedung pemerintahan penting seperti Gedung Gubernur, Kepolisian, Gedung DPRD, dll. Yang menarik, gedung-gedung pemerintahan di sini terkesan unik dan terdapat campuran unsur tradisional dan modern. Tengok saja gedung DPRD Provinsi Riau yang sangat mirip bangunan Marina Bays di Singapura. Dengan kekayaan alam seperti minyak bumi, gas dan barang tambang lainnya, wajar saja banyak pendapatan pemerintah daerah. Sayangnya, sudah 3 periode berturut-turut, Walikota Pekanbaru ini tersangkut kasus korupsi #eh.


Gedung DPRD Provinsi Riau ini terletak satu kompleks dengan gedung Gubernur Riau yang terletak di Tugu 0 Km (baru) Pekanbaru. Di tugu 0 Km ini terdapat sebuah patung yang dinamai Patung Tari Zapin karya pematung ternama Nyoman Nuarta. Tugu 0 km ini katanya menjadi kontroversi, selain biaya pembuatan, detail patung yang dinilai agak seronok karena menampilkan secara cukup detail bagian badan tertentu dari patung tersebut (beberapa kalangan masyarakat bahkan menamai patung Bahenol), juga karena sebelumnya tugu 0 Km ini sebenarnya sudah ada dan terletak di Pasar Ramayana.


Satu lagi bangunan pemerintahan yang ciamik tentunya adalah Perpustakaan Soeman HS. yang terletak di Jalan Cut Nyak Dien, letaknya bersebelahan dengan kompleks gedung DPRD Provinsi Riau. Dinamai Perpustakaan Soeman HS. sebagai apresiasi kepada penulis ternama Soeman Hasibuan yang berasal dari Riau. Perpustakaan Soeman HS ini menurut saya adalah gedung perpustakaan yang penampilannya sangat modern, dibanding perpustakaan lain yang pernah saya temui. Perpustakaan ini buka dari hari Senin-Jum’at jam 09.00-15.00, katanya sih bebas dikunjungi. Sayangnya saya ke gedung ini waktu pagi-pagi sebelum perpustakaan dibuka, jadi kurang tahu gimana kondisi dalamnya. Next time mungkin saya mau ngabuburit di perpustakaan ini.

3. Mesjid Raya Pekanbaru (yang lama)
Konon, pusat kerajaan Siak yang menjadi cikal bakal berdirinya kota Pekanbaru berada di daerah Sinapelan. Nah, di daerah Senapelan ini berdiri sebuah mesjid tertua di Pekanbaru yang didirikan sejak abad 18. Letaknya di Kecamatan Sinapelan, sekitar 5 meter dari sungai Siak, dekat dengan pelabuhan juga. Saat ini mesjid raya Pekanbaru (yang lama) ini sudah direvitalisasi sehingga bentuknya sudah berbeda dengan bangunan lama. Di samping mesjid ini juga terdapat kompleks pemakaman keluarga Kesultanan Siak yang sering dikunjungi peziarah.



Namun, waktu saya berkunjung ke mesjid ini, sepertinya mesjid ini masih dalam proses renovasi, beberapa bagian interior dan eksterior mesjid bahkan masih terlihat telanjang. Di luar mesjid, terdapat halaman yang cukup luas dan koridor yang juga masih dalam pembangunan. Kebetulan saat itu halaman mesjid juga digunakan oleh warga untuk latihan taekwondo. Yah kita doakan saja, semoga pembangunannya segera beres.


4. Wisata Kuliner di Sepanjang Jalan Sudirman
Nah, terakhir pastinya setelah jalan-jalan, tak lengkap rasanya kalau tidak mencicipi kuliner Pekanbaru. Salah satunya mencicipi kuliner dari cemilan sampai makanan berat di pedagang kaki lima yang mangkal di sepanjang Jalan Sudirman. Di jalan ini selain PKL juga terdapat mall buat yang cari suasana dan ngadem, juga toko-toko makanan. Umumnya PKL di jalan Sudirman ini mulai buka sejak sore sekitar jam 5. Nah, yang saya sering kunjungi di jalan ini adalah Sate Padang dan Martabak Radar yang letaknya dekat hotel Amaris Pekanbaru.

Seporsi sate padang (sekitar 6 tusuk) dengan daging sapi + nasi dihargai Rp. 16rb, ditambah segelas es teh manis untuk mendinginkan suasana Pekanbaru yang selalu membara. Kalau masih belum kenyang (emang porsi sate padangnya kurang banyak, selalu), bisa juga mencoba martabak mesir seharga Rp. 17rb dan mie goreng berbumbu rempah yang cukup tajam dan porsinya buanyak, harganya juga Rp. 17rb.



Tentunya masih banyak tempat wisata lain di Pekanbaru yang bisa dikunjungi, cuma dengan waktu dan akomodasi saya yang terbatas, cuma tempat-tempat diatas yang bisa saya kunjungi. Kalau ada rekomendasi tempat wisata lain di Pekanbaru yang worth untuk dikunjungi silahkan komen yak 😉